Rekreasi Unik di Kampung Pelangi Kota Semarang
milgatos

Rekreasi Unik di Kampung Pelangi Kota Semarang

Rekreasi Unik di Kampung Pelangi Kota Semarang – Samar-samar terdengar suara anak perempuan yang berkisaran umur 13 tahun meminta tolong untuk diabadikan momennya, di salah satu anak tangga di gang Wonosari 6, Semarang. Dengan bergaya bak model, salah satu temannya mengabadikannya dengan kamera yang ditentengnya.

“Aku juga mau foto di situ, tapi agak atasan ya,” kata salah satu perempuan itu.

Rekreasi Unik di Kampung Pelangi Kota Semarang

Sebenarnya tangga ini sama dengan tangga pada umumnya yang dibangun menggunakan semen dan pasir. Namun, warga Wonosari RT 03 dan RT 04, Kalisari, Kota Semarang mengubahnya menjadi salah satu lokasi yang menjadi rebutan siapa saja yang datang untuk berswafoto ataupun hanya sebatas diabadikan saja. agen bola

Warna-warni tangga seperti pelangi menjadikan orang-orang berlomba-lomba datang untuk berfoto dan dibagikan di media sosial masing-masing. Tak hanya tangga saja yang menarik mata siapa saja yang datang, namun dinding ataupun atap rumah warga dicat dengan warna berbeda. sbotop

Sehingga kampung ini lebih dikenal oleh masyarakat luas dengan sebutan ‘Kampung Pelangi’. Perpaduan warna setiap rumah dan tema setiap gang menjadikan kampung ini tampak seperti pelangi dengan perpaduan warna. https://www.americannamedaycalendar.com/

Rumah di kampung pelangi ini memang dibangun di medan yang berbukit dan dulunya bernama Gunung Brintik. Sehingga untuk menghubungkan rumah yang berada di bawah ke atas dibangunlah beberapa anak tangga.

Saat berada di persimpangan anak tangga, pernafasan mulai terpacu. Padahal anak tangga yang dilewati kurang lebih 40an anak tangga. Di persimpangan ini terdapat satu rumah warga yang menyewakan ruangan terbuka samping kanan rumahnya untuk dijadikan lokasi berfoto. Sedangkan sebelah kiri rumah itu masih terdapat anak tangga ke atas arah musala hingga puncak Kampung Pelangi.

Lokasi terbuka itu berbentuk ruangan berukuran 2X2,5 meter dengan menyediakan beberapa aksesoris untuk berfoto. Setiap warga yang datang dikenakan biaya berfoto seharga Rp 3 ribu. Ruangan ini tampak seperti gardu pandang, sehingga siapa pun orang yang berada di situ dapat melihat secara luas sekeliling kampung pelangi, seperti Kali Semarang yang saat ini masih tahap renovasi.

Si ‘mbah’ pemilik tempat berfoto itu merekomendasikan untuk melewati depan rumahnya dan melewati beberapa rumah lainnya dibandingkan naik ke atas yang akan lebih menguras tenaga. Dia menyebut jalur yang direkomendasikan itu, pengunjung yang datang akan disuguhkan berbagai rumah warga dengan gambar-gambar berbeda.

Benar saja, setiap dinding luar rumah warga bergambarkan bunga, karikatur, pewayangan hingga tokoh-tokoh animasi. Lantai depan rumah warga tanpa keramik juga digambar ataupun di warnai sesuai dengan keinginan mereka. Perpaduan itulah yang menjadikan setiap lokasi dijadikan tempat untuk berfoto pengunjung.

Warga juga tampak tidak terganggu akan kehadiran pengunjung. Padahal, beberapa dari pengunjung ada yang melewati teras rumah warga hanya untuk sekedar melihat-lihat ataupun berfoto. Mereka tetap melakukan aktivitas seperti biasanya seperti memasak ataupun menonton televisi di ruang tamu.

Kehadiran pengunjung di kampung pelangi memang memberikan manfaat kepada warga, seperti halnya masyarakat luar Kalisari bahkan luar Kota Semarang semakin mengenal kampung yang dulunya tak terkenal sama sekali.

“Saya merasa kampung kita sepi jadi ramai dikunjungi orang. Ini namanya Wonosari tapi orang kenalnya Kampung Pelangi,” ucap salah seorang warga Kampung Pelangi RT 03 RW 22, Muntoko pada akhir Desember 2017.

Muntoko juga menyulap depan rumahnya menjadi salah satu tempat favorit pengunjung di Kampung Pelangi. Kenapa, karena pintu rumahnya dicat warna-warni dengan aksesoris payung yang menggantung.

Tak hanya itu, dinding depan rumahnya yang bercat dan bergambar disediakan dua bangku dan meja sebagai aksesoris berfoto. Tak lupa, sebuah sepeda gunung yang dicat warna-warni serta beberapa topi koboi juga disewakan secara cuma-cuma.

“Ini ada sepeda, topi juga ada. Ini gratis kok engga dipungut bayaran. Pokoke gratis mboten (enggak) bayar,” ujar dia kepada segerombolan pengunjung.

Sebagai warga asli Kampung Pelangi, Muntoko juga merasa tersanjung saat beberapa artis ibu kota dan wisatawan mancanegara datang ke kampungnya. Bahkan saat awal-awal diresmikan sebagai Kampung Pelangi, dia merasa kewalahan menyambut pengunjung yang datang.

“Artis Dewi Sandra aja pernah ke sini, bule juga banyak dari mana-mana. Awal-awal sampai kewalahan ini,” ujar dia.

Namun, setelah sekitar setengah tahun diresmikan, Muntoko mengatakan pengunjung sudah mulai sepi. Itu dikarenakan musim hujan di beberapa bulan terakhir.

Seringnya hujan yang mengguyur Kota Semarang beberapa saat lalu, membuat beberapa warna di kampung pelangi mulai memudar. Seperti di beberapa anak tangga yang ada di delapan gang di Kampung Pelangi.

Saat musim kemarau nanti, Muntoko menyatakan dengan warga lainnya akan melakukan cat ulang di beberapa tempat yang memulai memudar. Awalnya, dia menceritakan ide pengecetan di Kampung Pelangi bermula dari Wali Kota Semarang, Hadrar Prihadi yang bekerja sama dengan pihak swasta dan warga sekitar.

You may also like...